The BEST (Chapter 2)

“Sampai bertemu saat istirahat ya!” kataku.
Hari ini adalah hari pertama di kelas sebelas. Aku terpisah dari Green, Mandy dan Brenda. Mereka berada di kelas XI B dan aku berada di kelas XI A.
“Hai,” sapaku pada seorang anak laki-laki yang menjadi teman sebangkuku.
“Hai,” balasnya. “Rupanya kau tak sekelas dengan teman-temanmu ya?”
“Oh, ya benar. Tapi itu bukan suatu masalah bagiku. Walau mereka sekarang tak sekelas denganku, aku akan terus bersama-sama dengan mereka,” jelasku.
“Benarkah? Kau tak takut seluruh gadis dalam kelas ini akan memusuhimu saat mereka tahu bahwa mereka sekelas dengan kau?” tanyanya. “Kau tahu kan kalau banyak gadis dalam sekolah ini iri padamu?”
“Oh, ya? Mereka iri? Kenapa?” tanyaku.
“Kukira kau ini pintar, namun rupanya aku salah,” dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Mereka iri karena banyak anak laki-laki yang menyukaimu, karena keahlianmu dalam musik! Ditambah dengan darah Asia yang mengalir dalam tubuhmu!”
“Mereka kan tak harus begitu. Mereka pasti punya keahlian masing-masing, yang membuat para lelaki terpesona. Itu pun kalau alasan mereka adalah laki-laki. Lagipula kalau aku gadis berdarah Asia, apakah itu salah?” kataku. “Ah, lebih baik kita hentikan percakapan yang tidak jelas ini. Aku Keanne. Kau?”
“Kyle,” jawabnya. “Senang berkenalan denganmu.”
“Aku juga,”
Tiba-tiba seluruh kelas menjadi hening saat melihat guru tergalak dalam sekolah ini masuk ke kelas kami. Pak Owen, guru matematika kelas dua belas, rupanya yang menjadi wali kelas kami.
“Selamat pagi anak-anak,” sapa Pak Owen.
“Selamat pagi, Pak,”
“Baiklah anak-anak. Perkenalkan, aku Pak Owen, dan akulah yang menjadi wali kelas kalian,” katanya. “Sekarang aku akan memanggil kalian satu per satu.”
Satu per satu anak-anak dalam kelas ini dipanggil. Sampai tiba giliranku.
“Keanne Blamington,” Pak Owenmenyebutkan namaku.
“Saya, Pak” aku mengacungkan tanganku.
Tiba-tiba saja aku tersentak seolah sebuah batu besar baru saja dilemparkan padaku, saat semua pasang mata dalam kelas ini tertuju padaku. Benarlah kata Kyle. Seluruh siswa memandangku dengan senang, sementara banyak siswi memperlihatkan wajah tidak suka saat melihatku.
“Oh, selamat datang di kelas XI A, Keanne,” kata Pak Owen senang saat melihatku.
“Terima kasih banyak, Pak Owen,” kataku.
“Jangan lupa, bulan depan ada kejuaraan musik di Hawaii, kau harus bersiap mulai dari sekarang,” kata Pak Owen.
“Baik, Pak,” kataku.
“Bobby Underwood,” Pak Owen melanjutkan.
Tak ada yang mengacungkan tangan.
“Bobby Underwood!”
“Saya, Pak!” seru seseorang dari pintu kelas.
“Mengapa kau terlambat?” tanya Pak Owen marah.
“S..saya..saya..,”
“Kau ini, hari pertama saja sudah tidak disiplin, bagaimana nantinya?” bentak Pak Owen. “Sekarang, berdiri di luar!”
“Tunggu, Pak,” aku berdiri. “Tolong maafkan dia, Pak. Ini kan baru hari pertama. Mungkin dia tidak bermaksud begitu. Mungkin ada sesuatu hal yang mendesak yang membuatnya terlambat. Kita semua kan tidak tahu. Saya mohon maafkan dia, Pak.”
“Baiklah. Sekarang aku mau bertanya padamu, Bobby. Mengapa kau terlambat?” tanya Pak Owen.
“Mobil papa saya tidak bisa berjalan saat berada di depan taman kanak-kanak St. Louis, Pak. Jadi saya berjalan dari sana sampai kemari,” jelasnya.
“Sejauh itu? Baiklah, alasanmu kuterima. Silakan duduk,” kata Pak Owen. “Berterima kasihlah pada Keanne. Kalau bukan karena dia, kau akan tetap kuhukum.”
Bobby pun duduk. Pak Owen melanjutkan kembali untuk mengabsen anak-anak.
Sejujurnya aku merasa kurang senang dengan apa yang Pak Owen lakukan. Dengan pujian-pujian yang dilontarkannya padaku, aku takut kalau-kalau seluruh siswi kelas ini semakin tidak menyukaiku.
“Bersiaplah, Keanne. Sebentar lagi seluruh siswi di kelas ini akan mengeroyokmu,” kata Kyle.
“Hey, jangan coba-coba menakut-nakutiku, ya,” kataku.

0 comments:

Blessings - Laura Story

Popular Posts