The BEST (Chapter 4)

“Oh, Tuhan, aku mengampuni mereka yang melakukan hal ini padaku,” kataku kesal sambil memegangi rok belakangku.
“Kenapa bisa sampai tidak mengetahuinya?” tanya Green.
“Kan aku tidak pernah membayangkan hal ini akan terjadi padaku,” kataku. “Lagipula saat aku melihat kuriku tak ada yang aneh. Dan lem yang mereka gunakan benar-benar tak terlihat oleh mataku.”
“Keanne, biarkan aku menghajar orang-orang yang melakukan hal ini padamu,” kata Brenda.
“Jangan, Brenda,” pintaku. “Biarkan saja. Kalau mereka sudah sangat keterlaluan, dan aku merasa tidak tahan lagi, kau baru boleh menghajar mereka.”
“Masa tidak ada yang memberitahumu? Apa jangan-jangan mereka semua bersekongkol untuk mengerjaimu?” duga Mandy.
“Entahlah,” aku mengangkat bahuku. “Aku tidak mau memikirkannya lagi.”
“Kalau begitu, cepat masuk ke mobil,” kata Brenda yang sudah menyalakan mesin mobilnya.
***
Besoknya, aku membawa seragam cadangan. Kurasa, mereka akan mengerjaiku lagi hari ini.
“Kenapa pintu ini ditutup ya?” aku terkejut saat melihat pintu kelasku tertutup. “Kata Pak Owen pelajaran tambahan pagi kan dimulai minggu depan? Lagipula pelajaran tambahan kan hanya pada hari Senin dan Jumat, sedangkan ini hari Selasa. Apa ada perubahan?”
Aku mengintip melalui kaca kecil yang ada di pintu. Tak ada guru dan baru ada beberapa anak di dalam sana. Akupun memutuskan untuk langsung masuk.
Byuur!
Seember air dingin jatuh di kepalaku saat aku membuka pintu. Sekujur tubuhku pun menjadi basah kuyup seketika.
“Oh Tuhan,” aku menutup mataku sekejap dan membukanya kembali sambil menyeka wajahku.
Ketika aku memperhatikan para siswa laki-laki yang ada di dalam kelas satu per satu, mereka semua mengangkat kedua tangannya seolah ingin membuktikan bahwa mereka tidak melakukan hal itu. Dan kurasa, memang bukan mereka pelakunya.
Aku pun masuk ke kelas dengan rambutku yang masih basah. Saat aku masuk, kelas sudah dipenuhi dengan para siswa dan siswi. Mereka tak berkomentar dan tak tertawa sedikit pun.
“Kau baik-baik saja kan?” tanya Kyle.
Aku mengangguk. “Tak usah hiraukan aku. Aku baik-baik saja,” kataku kesal.

0 comments:

Blessings - Laura Story

Popular Posts