The BEST (Chapter 5)

Hari ke hari kulalui. Semakin lama aku semakin kebal akan apa yang teman-temanku lakukan. Bahkan beberapa kali aku dapat menghindari ‘permainan’ mereka. Namun aku belum juga mengetahui siapa otak dari ‘permainan’ ini.
Hari ini aku terperangkap dalam ‘permainan’ mereka lagi. Telur-telur mentah menyelubungi tubuhku. Tapi untungnya, mereka ‘bermain’ setelah pulang sekolah. Aku pun membersihkannya di toilet, sementara Green, Mandy dan Brenda kuminta untuk menungguku di kantin.
Tiba-tiba suatu suara tepukan tangan terdengar. “Rupanya si pujaan hati para lelaki masih bertahan,” kata seseorang sambil mendengus kesal.
Namun aku sama sekali tak melihat batang hidungnya.
“Siapa kau? Apa kau yang selama ini mengerjaiku? Apa maumu?”
“Sudahlah, jangan berpura-pura lagi, Keanny,”
“Apa maksudmu berpura-pura? Aku sama sekali tak berpura-pura,” aku membela diri. “Siapa kau? Keluarlah kalau kau berani! Berbicaralah denganku muka dengan muka.”
Aku sangat terkejut saat melihat sosok yang berdiri di depanku.
“Green?” aku terpaku.
“Terkejut melihatku?” Green berjalan mendekatiku. “Kau tidak menyangka hal ini akan terjadi bukan? Memang seharusnya hal ini tidak terjadi, kalau kau tidak menyulut api di sumbunya.”
“Tapi kenapa, Green?”
“Sudah kukatakan jangan berpura-pura lagi!” bentaknya. “Kau sudah merebut semua yang seharusnya menjadi milikku! Akulah yang seharusnya masuk dalam kejuaraan musik, akulah yang seharusnya paling dibanggakan oleh para guru, akulah yang seharusnya menjadi pujaan para lelaki, dan akulah yang seharusnya menjadi yang utama dalam THE BEST!”
“Green, dalam THE BEST semua adalah yang terutama. Lagipula, apa kau tidak merasa bangga akan apa yang kau miliki? Kau memiliki apa yang tidak kumiliki. Kau memiliki otak yang luar biasa pintar dalam semua ilmu pengetahuan, kau dapat tersenyum dalam segala situasi, dan kaulah orang yang paling kusayang dalam THE BEST!” jelasku. “Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri, Green. Kau ini adik kecilku yang lucu dan manis. Tapi, kenapa kau lakukan semua ini padaku, Green?”
“Hentikan!” bentak Green. “Pertama, kau sudah merebut semua yang seharusnya menjadi milikku, termasuk Kyle, orang yang kupuja.”
“Kyle? Jangan berpikir buruk dulu, Green,” pintaku. “Antara aku dan dia tak ada…”
“Diam!” bentak Green sekali lagi. “Kedua, aku bukanlah adik kecilmu yang lucu dan manis, dan namaku bukan Green tapi Pauline Bradley! Ketiga, kau adalah gadis Asia yang seharusnya tidak tergabung dalam THE BEST, karena kau adalah gadis terburuk yang pernah ada!”
“Hanya bagimu,”
“Kyle?” aku terperanjat ketika melihat Kyle.
“Kau tahu? Keanne adalah gadis terbaik yang pernah ada,” lanjut Kyle. “Kalau bukan karena dia, aku akan terus menganggap bahwa THE BEST adalah sekumpulan gadis biasa yang menjadi maskot sekolah melalui jalan belakang yang licik! Namun karena dia, aku sadar bahwa THE BEST bukanlah seperti yang sudah kubayangkan. Karena dia, aku tahu THE BEST memanglah yang terbaik. Namun hari ini aku menyadari ternyata aku salah. Tidak semua yang tergabung dalam THE BEST layak disebut The Best. Dan itu kau, Pauline Bradley! Kaulah gadis terburuk yang pernah ada!”
“Kyle!” seruku. “Jangan katakan apa-apa lagi.”
“Kenapa? Kau mau membelanya setelah selama ini dia terus mempermalukanmu dan memperlakukanmu begitu buruk?” tanya Kyle. “Dia pantas disebut seperti itu.”
“Seburuk-buruknya Green, dia adalah temanku, Kyle!” kataku. “Dan kau Green, aku tak akan pernah mau merebut apapun darimu! Termasuk Kyle! Karena bagiku sahabat-sahabatku lebih penting dari apapun juga, bahkan dari diriku sendiri!”
Sejenak kami bertiga terdiam dan saling memandang. Kyle masih terlihat kesal karena ulah Green, sementara Green menundukkan kepalanya.
“Kau tahu, Green? Dulu demi persahabatan kita, aku hampir kehilangan nyawaku,” lanjutku. “Saat itu kau terbaring di rumah sakit. Dan saat itu kau meneleponku dan memintaku untuk menemanimu karena kedua orang tuamu pergi ke luar negeri saat itu. Saat kau meneleponku, aku sedang berada di kampus kakakku, karena dia berjanji padaku untuk mengajakku berjalan-jalan dan membelikan barang kesukaanku. Tapi karena aku lebih mementingkan sahabatku, aku bergegas menuju rumah sakit dan meninggalkan momen yang sudah lama kutunggu. Dan di dalam perjalananku menuju rumah sakit, sebuah truk kontainer besar meluncur ke arahku dengan cepat. Tapi aku bersyukur, aku diselamatkan. Seseorang mendorongku dan membuatku jatuh ke tepi jalan. Aku hanya lecet sedikit ketika aku terpelanting. Demi persahabatan kita, Green, aku melakukannya hanya untuk persahabatan kita.”
Aku mendekati Green. Dia mulai meneteskan air matanya.
“Aku akan selalu menyayangimu sebagai sahabat terbaikku, Green. Walau kau telah melakukan hal yang terburuk sekalipun padaku,” kataku.
“Aku juga,” kata Mandy dan Brenda yang ternyata mendengar percakapan kami di luar toilet.
Kami berempat saling berpelukan.
“Hey, apa kalian akan mengacuhkan aku seperti itu terus?” sela Kyle.
Aku mendekati Kyle. “Maaf,” kataku. “Dan terima kasih untuk tidak membenciku seperti teman-teman yang lainnya saat pertama kali kita bertemu.”
“Kurasa, itu bukan pertama kalinya bertemu,” kata Kyle.
“Maksudmu?” tanyaku. “Bukannya pertama kali kita bertemu adalah saat hari pertama di kelas sebelas ini?”
“Bukan,” jawabnya. “Seperti yang kau ceritakan tadi. Kecelakaanmu itu. Orang yang mendorongmu adalah aku. Itulah saat pertama kita bertemu.”
“Wow, tidak kusangka,” aku tertawa kecil.
“Aku baru menyadarinya juga barusan,” kata Kyle.
“Berarti kalian jodoh,” sindir Mandy.
“Mandy, jangan begitu. Nanti ada yang cemburu,” aku balas menyindir.
“Kurasa aku tidak akan menyukai Kyle lagi,” kata Green yang tahu bahwa dia yang aku maksud. “Karena kau kan disukai banyak anak laki-laki, jadi kau harus punya pacar. Dan barusan, aku pura-pura menyukai Kyle untuk mendekatkan kau dengannya!”
“Apa??? Green!!!”
***
Bulan yang ditunggu pun datang. Kejuaraan musik datang lagi. Seperti biasa, aku mengikuti kejuaraan itu. Dan aku bersyukur, sekali ini pun aku memenangkan kejuaraan tersebut, berkat dukungan dari teman-temanku juga tentunya.
Bukan hanya aku saja. “Science Olympiad” tahun ini dimenangkan lagi oleh Green. Mandy, dia menciptakan fashion baru dengan gaun pestanya yang simple namun menawan, yang akhirnya memenangkan fashion festival tahun ini. Dan Brenda saat ini ada di Amerika untuk mengikuti final Basketball League Championship. Dan tentu saja, aku, Mandy dan Green menyertainya untuk mendukungnya. Aku yakin bahwa sekali inipun Brenda dan tim-nya akan mendapat kemenangan.

THE BEST Will Be The Best Forever!

0 comments:

Blessings - Laura Story

Popular Posts